Pertunjukan wayang
kontemporer oleh sejumlah seniman terkemuka Indonesia, seperti Heri Dono,
Nasirun, dan Samuel Indratma bakal mewarnai Pekan Budaya Cigaru (PBC) 2017 yang
digelar Pondok Pesantren Miftahul Huda, Cigaru, Majenang, Cilacap pada 17-21
Desember 2017.
Kompleks pesantren
sebagai arena festival akan dirias dan disulap lebih indah dengan instalasi
lampion dan wayang terbang. Warna-warni cahaya lampion merupakan simbol harapan
rahmat dan berkah untuk seluruh umat manusia yang beragam budaya dan ras.
Pekan Budaya Cigaru
bakal dibuka dengan karnaval sedina dadi wayang atau sehari menjadi wayang.
Tema wayang dipilih lantaran merupakan bentuk kesenian paling populer dan
atraktif di mata masyarakat desa. Pun, wayang mengandung unsur transformasi
moral dan spiritual.
Peserta karnaval yang
terdiri dari para santri, warga desa, komunitas minat-bakat dan antar iman
bakal mengenakan kostum wayang, adat dan pakaian eksprimental sebagai
manifestasi rasa syukur sekaligus bentuk kreativitas.
"Agar dapat lebih
menarik, wayang ditampilkan sesuai selera visual dan pertunjukan masa kini yang
lebih bebas dan luwes dalam berkespresi namun dengan tetap menjaga semangat
intinya," kata inisiator PBC, Faisal Kamandobat, melalui keterangan
tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa, 12 Desember 2017.
Selain wayang
kontemporer, dalam PBC masyarakat juga bisa menyaksikan beragam pertunjukan
seni kreatif dan workshop oleh atraksi Barongsai oleh komunitas Tionghoa
Purwokerto. Ada pula pertunjukan biola solo oleh Sagaf Faozata Adzkia dan Arum
Rindu Sekar Kasih
Selain itu,
musikalisasi puisi oleh Alfiyan Harfi, Kedung Dharma Romansha, Badruddin Emce
dan para penyair muda lainnya.
Selama berlangsungnya
PBC, peserta juga dapat belajar satu sama lain, berkonsultasi dengan para ahli
dan pemerintah setempat terkait persolan-persoalan yang dihadapi, sekaligus
menjalin kerja sama antarkomunitas dan lembaga yang ikut serta di dalamnya.
Dengan cara itu, arus
informasi, komunikasi, dan pengetahuan antarpihak dapat mengalir lebih lancar,
dinamis dan menyenangkan sehingga lebih berdaya dalam melakukan proses
transformasi sosial.
Kritik Pesantren Lewat Pertunjukan
Faisal menjelaskan,
dalam desain pembangunan nasional, perdesaan ditempatkan sebagai pinggiran
dalam hampir semua hal, politik, ekonomi, sosial dan kultural. Konsekuensinya,
kawasan perkotaan menjadi pusat-pusat kemajuan (growth pole) yang terus meluas.
Sementara, wilayah
perdesaan semakin berkurang dan terus mengalami pelenyapan secara sistematis,
terutama dalam bidang ekonomi dan budaya. Dampak terjauhnya adalah terjadi ketidakselarasan
antara orientasi budaya dan basis ekonomi masyarakat.
"Ekonomi
masyarakat desa berbasis pada pertanian dan perdagangan mikro, kulturnya
mengacu pada budaya di perkotaan yang berbasis pada ekonomi skala
besar,"dia menerangkan.
Menurut dia, pesantren
sebagai pusat keagamaan, pendidikan dan budaya masyarakat mesti mengambil sikap
demi mengembangkan tatanan sosial. Dengan tatatan yang lebih seimbang,
perdesaan dapat mencapai kemajuan tanpa kehilangan kearifannya.
"Dengan itu pula,
perdesaan dapat lebih mandiri dan otentik sehingga mampu menjadi supporting
partner bukan rival dan korban dari wilayah perkotaan," Faisal
menerangkan.
Selama PBC beragam
pelatihan kreatif juga bakal digelar. Meliputi pelatihan membatik oleh seniman
batik dan serat Abdul Syukur, lokakarya pengobatan herbal, kemudian bimbingan
menulis kreatif oleh sastrawan Raudal Tanjung Banua dan Eko Triono.
Pelatihan Membatik Hingga Menulis Kreatif
Kemudian, pelatihan
menggambar oleh perupa Bambang Heras serta pelatihan tentang etika, aturan
hukum dan keamanan dalam menggunakan internet oleh George Bratadijaja dari GEN
Indonesia.
Digelar pula bazar
makanan tradisional dan bursa buku serta pameran seni rupa yang menampilkan
karya para pelukis terkemuka dari Cilacap dan Jogjakarta seperti Samuel
Indratma, Bob Sick Yudhita, Daryono Yunani, Ismanto Wahyudi, Yaksa Agus, Fatoni
Makturodi, Titus Garu, Taufik Hidayat dan beberapa seniman lainnya.
Setiap pertunjukan akan
diserahkan Anugerah Punokawan Award untuk para santri yang memenangkan lomba
menulis puisi, prosa, esei dan melukis. Para pemenang akan menerima medali
Golden Semar, Silver Gareng, Bronze Petruk serta Metal Bagong.
Peserta pelatihan
terdiri dari warga desa, para santri dari beberapa pondok pesantren, perwakilan
sekolah dan antar iman, serta para mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di
Karesidenan Banyumas.
Selain untuk
mengembangkan perdesaan, PBC diselengggarakan sebagai bagian dari peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW dan haul para pendiri Pondok Pesantren Cigaru, KH
Tsufyan Tsauri.
EmoticonEmoticon